Membangun Jiwa Bangsa dengan Pendidikan Sejarah
Pendidikan merupakan sebuah proses mengubah sikap seseorang dalam upaya mendewasakan manusia melalui pengajaran dan pelatihan. Sejarah adalah peristiwa penting yang telah terjadi pada masa lalu. Pendidikan Sejarah dapat diartikan sebagai proses mendewasakan manusia dengan belajar dari peristiwa yang telah terjadi di masa lalu.
Pendidikan sejarah dapat digunakan sebagai upaya membangun serta menumbuhkan jiwa bangsa. Karena dengan mempelajari sejarah akan menumbuhkan kesadaran atas pemahaman masa lalu, menumbuhkan daya kritis, meningkatkan daya bernalar, mematangkan emosional, menumbuhkan kepekaan sosial, dan memiliki kesadaran untuk saling menghargai perbedaan yang ada.
Pentingnya jiwa bangsa pernah disinggung oleh Presiden Soekarno dalam sebuah pidatonya. Presiden Soekarno menekankan pentingnya membangun jiwa bangsa sebagai awal atau pondasi sebelum membangun ekonomi, teknik dan pertahanan sebuah negara.
Pendidikan sejarah juga bisa menjadi tameng dalam menjaga persatuan dan kesatuan bangsa. Seperti yang kita ketahui, perpecahan diantara masyarakat seringkali diawali oleh adu domba di media sosial yang kemudian membesar. Hal itu bisa dicegah bila masyarakatnya mau mempelajari sejarah adu domba yang pernah merugikan bangsanya.
Pada masa kolonial, adu domba digunakan senjata untuk menguasai wilayah nusantara. Adu domba tersebut dikenal dengan istilah Devide et Impera. Secara sederhananya Devide et Impera merupakan siasat politik yang berusaha memecah kekuatan lokal agar mudah dalam menguasainya.
Namun, pendidikan sejarah juga memerlukan sebuah penyesuaiannya dalam prosesnya. Menurut Piaget dalam teori perkembangan konitif anak menjelaskan bahwa anak usia 7 hingga 11 tahun belum benar-benar mampu memahami konsep abstrak walaupun sudah mulai berfikir logis, maka pendidikan sejarah belum bisa sepenuhnya diberikan kepada anak-anak.
Selain itu beberapa sejarah yang mengandung kontroversi juga sebaiknya diberikan atau mulai diperkenalkan setelah peserta didik mencapai usia kematangan emosional. Penyesuaian tersebut juga dikarenakan faktor dari pendidik yang memilih aman atau pendidik yang memilih mengajarkan semuanya sebagai bekal peserta didik dalam menghadapi atau sebagai materi pembanding dengan banyaknya narasi sejarah yang muncul di luar.
Selain mencatat peristiwa sejarah yang baik dan cemerlang, bangsa ini juga pernah mengalami beberapa peristiwa yang pada akhirnya tercatat sebagai sejarah kelam. Sebagai generasi penerus, kita harus menyikapi hal-hal tersebut secara bijaksana dengan selalu mengedepankan kepentingan bangsa.
Sejarah yang baik dapat digunakan sebagai inspirasi dan motivasi demi kemajuan bangsa. Sedangkan sejarah yang kelam, dapat kita gunakan sebagai bahan evaluasi, perenungan, serta pembelajaran bersama agar kedepannya bangsa Indonesia tidak mengalami atau mengulang kembali sejarah yang sama kelamnya di kemudian hari.